Jumat, 24 Desember 2010

TIdak Pedulinya Para Birokrat dengan Nasib Buruh Rambut Purbalingga

Sudah banyak yang tahu kalau produksi bulu mata dari Purbalingga adalah terbesar di Indonesia, bahkan Indonesia adalah produsen terbesar nomer 2 setelah China. Bahkan artis Hollywood seperti Madonna saja memakai bulu mata dan wig produksi dari Purbalingga. Seperti yang dijelaskan di Kaskus .

Hal tersebutlah yang banyak menarik investor asing untuk menanamkan modalnya ke Purbalingga. 

Yang menjadi fakta di lapangan , data diambil dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi adalah Jumlah Penanam Modal Asing di Purbalingga untuk perusahaan bulu mata ada 18 perusahaan, dan 6 perusahaan dengan penanam modal local, ditambah dengan industry bulu mata yang berbentuk CV yang jumlahnya ada 10. Jumlah perusahaan non PMA untuk industry bulu mata di Purbalingga ada 16. Sedangkan jumlah Plasma kurang lebih ada 213, setiap desa terdapat plasma, desa yang ada di Purbalingga ada 213 desa.

Keseluruhan jumlah tenaga kerja di Purbalingga menurut Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi ada 36.000 tenaga kerja. Sedangkan UMR untuk Purbalingga adalah Rp. 718.000,-.
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Purbalingga terutama bagi kaum wanita adalah sebagai buruh rambut. karena memang hanya itulah yang mempu menyerap tenaga kerja tanpa melihat latar belakang pendidikan.

menurut para pekerja rambut, mengungkapkan daripada cuma nganggur dirumah saja, mending bekerja di pabrik rambut. Karena hampir disetiap desa di Purbalingga saja sudah ada plasma yang mampu memperkerjakan para wanita meskipun dirumah dan gaji yang mereka terima adalah pas - pas an.

Belum lama ini, saya sempat diberi kesempatan untuk membuat sebuah film dokumenter, melihat keadaan yang ada di sekitar saya, saya mengambil tema film saya itu mengenai buruh bulu mata, alasan saya mengambil ide itu karena, saya melihat semakin banyaknya para kaum hawa yang berkerja sebagai buruh bulu mata, baik yang bekerja di plasma yang ada di tiap desa, maupun Perseroan Terbatas yang ada di Purbalingga.
bahkan pekerja itu adalah para remaja - remaja yang baru lulusan SD.

Semakin banyaknya pekerja namun yang menjadi ironi saat ihni di lapangan adalah para pekerja – pekerja kecil  tidak mendapatkan pelayanan Jamsostek, mereka hanya bekerja tanpa adanya jaminan resiko yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Sebagian besar perusahaan hanya memberikan pelayanan Jamsostek hanya untuk bagian administrasi, dan tidak mempedulikan para pekerja pembuat bulu mata tersebut.

Bagaimana dengan para birokrasi di Kabuaten Purbalingga? Apa mereka hanya memikirkan investor – investor asing tanpa memikirkan kehidupan para buruh, padahal tanpa mereka para investorpun tidak bisa apa – apa. 

Fakta di lapangan yang ada, gaji yang diterima oleh para buruh rambut terkadang tidak sesuai dengan UMR yang ada, di salah satu perusahaan bulu mata memberikan gaji kepada buruhnya hanyalah per pasang bulu mata yang dibuatnya, dan perpasang hanya paling tinggi dihargai Rp. 625. Gaji kotor yang diterima perbulannya kurang lebih adalah Rp. 568.363. 


Gaji yang diterima tanpa adanya tunjangan kesehatan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan kepada buruh - buruhnya. Padahal resiko yang didapatipun besar.

Bagaimana peran pemerintah, terutama Disperindagkop, dengan adanya investor asing yang menanamkan modalnya, dan pajak yang diterima oleh pemerintah tanpa adanya pelayanan kepada buruh - buruhnya.

Realita yang masih kurang menjadi perhatian pemerintah, atas kesejahteraan buruh.

0 komentar:

Posting Komentar